見出し画像

川川シナリオ - 夜行 (KawaKawa Scenario - Night Journey)

Butuh waktu dua puluh menit bagi Takumi untuk meyakinkan manajer mereka, Naoto, bahwa ia dan Ren tidak akan pulang ke dorm melebihi pukul sembilan malam. Tidak mudah memang menghindari tatapan penuh tanya dan curiga member lain serta pertanyaan-pertanyaan sedikit cerewet dari yang termuda.

"Aku perlu membeli korokoro cleaner," Takumi beralasan. Sebelum orang lain membuka mulut untuk menawarkan diri menemani, ia sudah menepuk punggung Ren dan berkata bahwa mereka akan pergi berdua dengan cepat menuju salah satu toko di Shibuya.

Tidak seorang pun sempat melayangkan protes. Di sisi lain beberapa member yang memiliki tingkat kepekaan di atas normal justru mengerlingkan mata, seolah tahu kenapa Takumi memilih Ren untuk menemaninya pergi.

Menjelang pertunjukan K-CON online pertama JO1 yang semakin dekat, jadwal latihan para member semakin dipeketat. Tidak ada lagi bangun siang, semua mulai bergerak sejak pagi, saling menyemangati satu sama lain. Mengingat studio latihan yang terpisah dari dorm, member ditempatkan terpisah di beberapa mobil yang akan membawa ke lokasi tujuan. Dan karena saat pulang Ren dan Takumi memisahkan diri, mereka memilih untuk naik kendaraan umum.

Tadinya. Hanya saja meski sudah mencoba mengurangi risiko besar bertemu penggemar dengan mengenakan topi yang diturunkan sampai hampir menutupi mata, kacamata hitam, serta masker, beberapa fans berat atau yang umum disebut otaku jelas memiliki kemampuan mendeteksi idol mereka seperti radar yang sulit diterima nalar. Maka ketika seorang gadis berambut hitam sebahu yang memakai gelang merch JO1 terpekik tertahan memanggil nama, "Kawashiri-kun?!" Takumi tak segan menggamit tangan Ren untuk berlari menembus pejalan kaki yang memenuhi Shibuya Cross, mencari sudut yang lebih sepi untuk memikirkan langkah yang harus mereka ambil selanjutnya.

Keduanya sepakat untuk memanggil taksi.

Setelah menyamankan pantat masing-masing di kursi belakang kendaraan beroda empat tersebut, Ren dan Takumi kompak mencopot aksesoris yang membantu penyamaran mereka. Mobil melaju, keduanya melepas tawa lega.

"Menjadi seorang penggemar itu... mengagumkan ya?" gumam Ren.

"Kenapa? Kukira kau mau bilang mereka mengerikan." Takumi menyeringai kecil di sela nafasnya yang masih agak tersengal akibat pelariannya bersama Ren tadi.

"Aku kagum karena mereka terkadang lebih tahu kita dari pada diri kita sendiri. Juga, dedikasi yang besar pada JO1 seperti membeli CD, merch, membuat banyak fanarts. Satu lagi, intuisi? Kau tidak merasakannya? Misal, ketika kau membaca komentar-komentar di setiap postingan SNS, ada banyak hal yang tidak bisa kita ucapkan lewat postingan foto, bukan? Tetapi aku selalu merasa bahwa mereka bisa dengan cepat menangkap maksud tersembunyi itu. Hal yang baru saja kita alami juga sepertinya berkaitan dengan intuisi."

Mendengar penuturan Ren, Takumi menorehkan senyum tipis. "Fans Ren-kun sangat beruntung. Idolanya mencintai mereka lebih dari apapun."

Sudut siku kanan Ren sengaja menyodok pinggang teman satu timnya itu sampai yang bersangkutan mengaduh kegelian. Si rambut perak memamerkan senyum lebar, namun ada gurat kemerahan yang samar menyebar pada kedua tulang pipinya-

"Aww, Ren-kun malu..."

Mobil yang membawa keduanya berhenti di persimpangan jalan, tertahan oleh lampu merah.

Handphone di dalam saku Takumi bergetar. Pemuda itu merogoh sakunya perlahan dan mengerutkan dahi begitu membaca pesan pop-up yang tertera di display layar. Tertawa kencang kemudian. Ia memasukkan kembali gadgetnya ke saku.

"Pesan dari siapa?"

"Keigo-kun."

Ren hanya mengangguk-angguk seolah jawaban pendek yang diberikan telah menjelaskan sepuluh pertanyaan yang ada di kepalanya.

Ketika taksi kembali melaju, suara dari jendela mobil yang turun terbuka dari samping tempat duduk Takumi menarik perhatian Ren. Angin malam musim panas yang hangat merasuk ke dalam. Pemuda yang lebih muda itu memangku kepalanya, memandangi pemandangan di luar sambil bersenandung kecil. Ren, di sampingnya, menyandarkan kepala dengan nyaman pada sandaran kursi. Jika tidak ingat sedang di mana sekarang, rasanya ia ingin sekali menidurkan tubuhnya yang lelah dalam suara lembut Takumi.

"Hei, Ren-kun," panggil yang lebih muda tanpa repot-repot mengalihkan pandangannya dari jendela kaca. "Aku senang kita bisa menghabiskan malam yang singkat ini berdua, meski di dalam taksi yang sempit."

Sebelah alis Ren terangkat.

"Kau tahu, kita semakin jarang memiliki waktu berdua. Apalagi dalam waktu dekat kita akan bertemu kesibukan yang sangat hebat. Makannya, sebisa mungkin aku ingin... menghabiskan waktu denganmu."

Segera Ren menemukan alasan kenapa Takumi terus memunggunginya ketika mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Anak itu pasti tidak mau ditertawakan akibat wajahnya yang memerah akibat malu.

Jemarin Ren terulur, menjangkau surai di kepala belakang Takumi yang bergoyang teratur disentuh angin, mengelusnya dengan lembut sebelum mengacaknya kemudian.

"Takkun tidak ingin putus denganku, kan?"

Dalam hitungan detik, yang ditanya segera memalingkan wajah ke arah si penanya. Alis tebal simetris bertaut, menyiratkan ekspresi bingung yang tersirat pada paras rupawan. Anak itu menegakkan tubuh, melempar pandangan serius yang coba Ren hindari.

"Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?"

Ren sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba ia bertanya demikian. Pemuda itu berdeham lirih sebelum menggaruk belakang kepalanya, makin menghindari tatapan Takumi.

"Iyaa. Aku hanya penasaran kalau-kalau Takumi bosan atau lelah menjalani hubungan monoton yang sembunyi-sembunyi ini denganku," jawab Ren sekenanya. "Jika suatu hari member lain tahu kita pacaran-ah, atau bahkan fans tahu kita pacaran, apa yang akan kita lakukan?"

Takumi terdiam, sebelum menghela nafas.

"Aku tidak ingin putus dengan Ren-kun meskipun member lain dan penggemar mengetahui hubungan kita!"

Sebuah pernyataan yang berani.

Bola mata Ren membulat. "Takumi... kau..." Ia tak bisa menahan tawa, meski ada sebersit rasa getir di sana. "Kau mengucapkan sesuatu yang berbahaya, tahu."

"Yah..." Takumi tersenyum miring. Ia anggap itu sebagai pujian. "Kalau kau tidak menganggap hubungan kita serius, maka kau harus tahu bahwa aku berpikiran sebaliknya. Bahkan ada fans di luar sana yang mendukung hubungan kita berdua."

Gelak tawa Ren semakin kencang.

"Hahahaha, hentikan! Mereka memasangkan kita hanya untuk bersenang-senang!"

"Apa kau pernah membaca fanfiksi tentang kita berdua? Aku bisa merekomendasikan-"

Kalimat Takumi dihentikan oleh tabokan refleks Ren yang sudah tidak kuat menampung rasa geli di perutnya. Yang lebih muda menunggu dengan sabar sampai pemuda di sampingnya lelah dan tak lagi mengeluarkan suara.

"Oke." Ren mengusap sudut matanya yang basah, kemudian menepuk pundak partnernya dengan serius. Satu tarikan nafas panjang diambil. "Takumi, dengarkan baik-baik. Aku juga serius dengan hubungan kita berdua, sama seriusnya denganmu. Namun untuk saat ini kita tidak boleh gegabah. Kalau kita berdua membuat masalah, member yang lain, grup, agensi, bahkan fans... akan ada banyak pihak yang terkena imbasnya. Karenanya untuk saat ini, kita manfaatkan bersama waktu yang ada. Menggapai mimpi bersama Takumi adalah hal yang ingin kujadikan nyata, tetapi ingatlah bahwa tanpa member lain kita tidak dapat meraih mimpi itu. Asalkan Takumi tetap berada di sampingku, kau tidak perlu khawatir aku akan meninggalkanmu."

Beberapa momen berharga yang Takumi tangkap pada malam yang singkat itu, disimpannya rapat-rapat dalam memori otak. Dibilang sulit, hubungan mereka memang sulit dengan interaksi yang terbatas. Dibilang kuat, mereka kuat mempertahankan hubungan yang telah dijalin semenjak masih menjadi trainee di Produce Japan. Setidaknya Takumi harus lebih bangga ketimbang pasangan bodoh yang ketahuan pacaran ketika menjadi trainee tapi putus begitu debut.

"Maaf kalau aku kedengaran terlalu memaksa..."

"Sama sekali tidak!" Ren menepuk kedua pipi Takumi, sedikit mengangkatnya naik. "Aku senang ketika Takumi memikirkanku, memikirkan hubungan kita berdua."

Syaraf yang berkerja pada otak Takumi mungkin mengalami korsleting, makannya ia hanya bisa terdiam memandangi wajah teduh Ren yang dihiasi cahaya warna-warni kota dari luar sana tanpa satu kalipun berkedip. Tenggelam...

"DIIIINNN!!!"

Ren melepaskan sentuhannya dengan panik, sementara Takumi meloncat kaget dari kursinya.

"Dasar anak-anak sialan!" Sopir taksi mengumpat kecil dari kursinya setelah mengerem mendadak dan membunyikan klakson pada remaja yang mengendarai motor ugal-ugalan di depan mereka. "Maaf mengagetkan, kalian baik-baik saja?"

"Ha-hai," jawab Ren yang masih memegangi dada kirinya yang berdetak kencang.

Ketika perjalanan kembali berlanjut, giliran Takumi yang tak bisa menahan gelak. "Kita tidak diizinkan bermesraan di sini, Ren-kun."

"Sou ka?" Ren memasang wajah bingung.

Takumi menarik nafas panjang, sebelum kembali menyandarkan kepalanya di samping jendela, memandangi jalanan yang mulai sepi oleh pengendara, meninggalkan pusat kota. Bibir itu menyenandungkan melodi yang sempat terpotong. Waktu privat yang mereka miliki berdua semakin berkurang detik demi detik.

Ckrek.

Mendengar suara shutter kamera yang begitu jelas, Takumi menolehkan kepala, mendapati Ren yang mengangkat handphonenya ke udara, menyeringai tipis.

"Untuk apa kau memotretku?"

"Rahasia."

Takumi memutar kedua bola matanya sebelum kembali ke posisi semula, bayangan senyum manisnya terpantul di kaca. Bisa jadi ia akan mimpi indah nanti malam saking bahagianya. Sementara Ren... Ren sibuk memikirkan kata-kata apa yang harus dituliskan untuk menemani potret belakang sang kekasih yang akan ia tunjukan pada penggemarnya nanti. Mungkin, mungkin saja saat melihat potret tersebut para penggemarnya akan sadar bahwa ada pesan tersembunyi yang coba ia sampaikan. Bahwa ada seseorang yang sangat ia cinta-

"Ren-kun?"

"Ya?"

"Sepertinya Keigo-kun tahu hubungan kita."

"EEH?!"



[SELESAI 🍀]

いいなと思ったら応援しよう!